Suatu kesyukuran, para pegiat literasi mulai mengasah kemampuan diri dlm menulis. Dari sabang sampai marauke mulai menggeliat. Ada yang menjadi wartawan, menulis novel, cerpen, kisah inspirasi, dll. Para pegiat literasi, yang semulanya, sekadar menggerakan minat baca/ mengajak masyarakat untuk meningkatkan minat baca, sekarang mereka mulai aktif menajam - mempertajam (pikiran) dgn dunia menulis. Langkah tepat untuk menumbuhkan keahlian, memupuk ikhtiar; cara - jalan dan kreativitas diri, dan menggerakan keinginan dan kemampuan mengumpulkan berbagai informasi terbarukan.
Beberapa hari terakhir saya terus mengikuti perkembangan pegiat literasi melalui sosial media Facebook. Kabar baik kali ini, datang dari Timur Indonesia, yakni dari Kecamatan Waikabubak Kabupaten Sumba Barat, Aiptu Burhan. Yang vertiges di Polsek Loli sebagai Kanit Binmas Polsek Loli. Sosok kelahiran Bima 1979 ini yang pernah meraih Pin Emas Kapolri ini, mulai bergerak di Bidang Literasi pada tahun 2017. Sekarang Aipda Burhan mulai bergerak di dunia tulis-menulis. Paket menjadi komplit. Bukan sekadar pegiat literasi baca lagi, tetapi benar- benar atau telah menjadi promotor bagi banyak orang. Menjadi pribadi yg bertanggung jawab untuk menghadirkan sebuah pembaharuan; cara berpikir dan mengambangkan potensi diri.
Ya. Selayaknya pegiat literasi tidak hanya mengajak dan merangkul orang lain dengan semata-mata untuk baca, tetapi bagaimana pegiat literasi harus mampu memberikan dampak yang baik pada setiap pembaca dgn menjadi pembaca yang betul-betul membaca, yakni memahami. Ya, aktivitas menulis adalah salah satu bentuk keberhasilan pembaca dalam membaca dgn baik. Karena orang yg membaca mampu menciptakan peristiwa terbarukan dari hasil yg dibaca seperti melihat, mendengarkan, merasakan, dan mengamati.
Sekarang, Aipda Burhan, tdk lagi menjadi sosok yang hanya meningkatkan semangat literatur baca di tengah masyarakat tempat pengabdian nya - Waikabubak, tetapi ia telah menjadi sosok pemikir. Menciptakan atmosfer atau energi positif melalui tulisan yang membangun melalui sebuah karya tulis. Yakni, menumbuh rasa dgn memerdekan diri lewat ekspresi menulis; membentuk pribadi yang unik dari sebelumnya dan melenggekkan tindakan literatur baca melalui karya cipta tulis. Tidak hanya itu, sekaligus menjadi sosok teladan bagi masyarakat khusus sesama pegiat literasi. Langkah yang di ambil oleh Aiptu Burhan sangat tepat sekali untuk memberi kesan bahwa keutamaan hidup ini harus memberikan kebermanfaatan bagi hidup orang lain.
Untuk merangkap sebuah produktivitas tersebut bukan hal mudah. Semua butuh adaptasi yg baik dan energi besar. Apa lagi beliau seorang Kanit Binmas Polsek Loli yang berada di Kabupaten Sumba Barat. Memiliki rutinitas yg super padat. Ditambah lg rutinitas photografer yang sudah terbangun puluhan tahun. Dari tiga aktivitas yang terawat dengan baik sekarang bertambah lagi satu rutinitas baru. Dimana Aipda Burhan harus bisa mengatur manajemen waktu, atau pengelolaan waktu dgn penuh pengendalian yg cukup baik. Kenapa? Karena dengan demikian bisa menghasilkan produktivitas yg maksimal. Tidak sekadar "asal-asalan", tetapi bagaimana setiap lingkungan terbarukan yang dihadirkan dapat menumbuhkan pertumbuhan bagi orang lain. Lebih khusus lagi anak-anak asuh Aiptu Burhan harus tumbuh budi pekertinya dengan baik, bukan dari luar ditancapkan dan ditanam- kan, namun harus dari dalam, agar menjadi mereka menjadi pribadi yang paripurna.
Progres pegiat literasi yang berdarah militer satu ini, saya beri apresiasi baik atas keinginan diri untuk berkiprah di dunia literatur menulis. Mengawali menulis dengan berbagi inspirasi melalui dedikasi diri menjadi relawan literasi baca. Melihat, mencerna dan mengamati semangat beliau, sy jd teringat satu motivasi besar dalam hidup, bahwa "orang sukses selalu berpikir rasional. Bila berkata tidak bergelombang. Bila bertindak selalu ada harapan dan menginspirasi orang-orang di sekelilingnya." Aipda Burhan telah berhasil melakukan dengan baik.
Kenapa? Karena Aipda Burhan mau memulai dengan proses yang baik. Nah, bicara proses, berarti bicara rangkaian tindakan, penciptaan, pengerjaan & penggarapan, hasil produktifitas sesuai yang diinginkan. Tentunya, membutuh- kan waktu yg cukup maksimal. Apkah mungkin seorang Aipda Burhan bisa menjalankan aktivitas menulis dgn baik? Kalau di pikir-pikir sangat sulit untuk dikerjakan dengan terarah Dan terukur. Karena padatnya aktivitas keseharian yg di jalani, maka sangat mustahil jika tidak bekerja di bawah tekanan. Apa lagi perpaduan dengan tugas sebagai Kanit Binmas Polsek Loli yang memiliki wilayah hukum 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kota Waikabubak, Kecamatan Tanarighu dan Kecamatan Loli. Kemudian itu, belum lagi melayani konsumen di studio fotografer yang di rintis 10 tahun lebih. Belum lagi menjalankan tugas sebagai relawan literasi. Sangat mustahilkan?
Tetapi, berkat ikhtiar dan do'a; permintaan, permohonan, lewat sembahyang - kerja cerdas dan kerja ikhlas, Aipda Burhan begitu mudah melewati berbagai tantangan dalam hidup. Terbukti sore kemarin ia mengirimkan pembuktian data berupa file hasil produktifitas menulis. Dan benar-benar nyata adanya karya tulis yang dimaksudkan. Dan itu membuktikan bahwa ia mampu mengatur dan mengelola menajemen waktu dengan sempurna tanpa rasa beban. Benar-benar melewati proses dengan baik. Pengalam hidup Aipda Burhan menjadi satu refleksi hidup, bahwa "jika hidup ini mampu membangun pikiran-pikiran positif pada diri, maka capai terbaik pasti didapatkan dengan baik pula sesuai apa yang dipikirkan." Kedua, ikhtiar doa tanpa henti (tidak terputus) di hadapanNya.
Ya. Aktivitas positif yang terbangun dalam diri Aipda Burhan ini, sama seperti yang dilakukan oleh Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. Raden Panji Nugroho Notosusanto (15 Juni 1930 – 3 Juni 1985) adalah seorang penulis cerpen Indonesia yang menjadi sejarawan militer yang menjabat sebagai guru besar sejarah di Universitas Indonesia. Dari sosok satu ini, saya begitu tertarik dari cara beliau memahami tentang edukatif? Yakni beliau membeberkan bahwa edukatif itu sangat berkenaan dgn nilai-nilai kehidupan bahwa dari sejarah manusia bisa belajar nilai kepahlawa- nan, nasionalisme, baik-buruk, dan sebagainya. Satu buah mindset yang cukup menggerakan energi besar dalam diri setiap pembaca dan yang mendengarkannya.
Apa yang menjadi proyeksi mindset dr mantan Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. Raden Panji Nugroho Notosusanto, sejalan dgn apa yang disampaikan Aipda Burhan. Dia berkata bahwa edikstif yang baik maka seseorang atau masyarakat dapat berpikir secara positif dalam merubah tatanan hidup yang lebih baik. Nah, dari pola pikir tersebut Aipda Burhan mencoba untuk keluar dr zona nyaman - literasi baca. Bukan berarti meninggalkan aktivitas lama, tetapi keluar untuk mengambangkan segala potensi yang ada pd diri dengan harapan dapat lebih banyak memberikan kebermanfaatan bagi orang lain. Terutama pada diri sendiri untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan baik melalui nilai-nilai yang sudah terilham dgn baik.
Artinya, setiap orang memiliki ruang yg sama untuk dapat belajar dan mengakses tentang nilai-nilai kehidupan. Begitu pun dengan sosok kelahiran Sila, Bima NTB. Namun, sosok Kanit Burhan bukan lagi sekadar hadir sbg pembaca, atau hadir sbg sosok sekadar ingin tahu. Kini Aipda Burhan mampu memobilisasi, mengalih- kan, dan mengaktifkan skill pada diri dan orang -orang disekiling seperti yg dilakukan oleh Dr. Raden Panji Nugroho Notosusanto. Misalkan dapat bergerak: mengadakan aksi - menulis, membangkitkan/membangunkan perasaan hati - mudah merasa dalam mengungkapkan suatu maksud, gagasan, maupun tujuan diri dalam hidup.
Selain itu, Aipda Burhan menggiatkan aktivitas hidup menjadi sesuatu yang lebih produktif dan bernilai. Misalkan dari menggerakan baca sekarang bisa mengasah skill diri dlm menulis. Satu langkah hidup yang menaburkan nilai-nilai cinta dan tanggung jawab hidup terhadap diri. Membangun kepribadian diri demikian ini tidak semua orang dapat melakukan dengan baik, kecuali hadir dari pribadi yg mampu membaca peristiwa hidup dengan maksimal.
Berbicara dunia tulis menulis yang tengah di tekuni oleh Aipda Burhan saat ini, tentu bagi pembaca yang pernah mengikuti kisah perjuangan hidup seorang reporter, ilustrator dan menjadi editor di koran Landon tahun 1837 yang sukses menjadi penulis terkenal, maka akan membuka kembali ingatan kita bahwa "keberhasilan seorang penulis yg dimaksudkan adalah berawal dari litaratur yang terbangun dengan baik.
Siapakah sosok yang saya maksudkan? Yakni Charles Dickens, salah satu sastrawan terkenal asal Inggris kelahiran , Landport, Portsmouth, Britania Raya. Sosok Dickens bukan terlahir dari keluarga yang serba ada. Ia hidup dan terlahir dari keluarga yang tdk berkecukupan. Bahkan ia pernah berada di titik terendah. Dimana saat itu, orangtua dari Dickens di tahan di salah satu rumah tahanan karena hutan di Marshalsea pada tahun 1824. Apakah Dickens mengalami down akan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya? Tidak. Justru ia bangkit. Membangun mindset hidup dengan literatur yang baik. Sampai ia berhasil menjadi sosok penulis terkenal di dunia. Bukunya yang berjudul Oliver Twist kerap kali di filmkan.
Ya. Proses yang dilakukan oleh Aipda Burhan sama persis dengan Dickens. Sama sama berawal dari literatur. Membangun dan menghidupkan kebiasaan diri dengan bahan bacaan. Sebagai proses pengembangan potensi diri untuk membangun berbagai aktivitas, baik secara intelektual maupun rekreasi. Salah satu rutinitas yg dilakukan oleh Aipda Burhan sebelum memulai aktif di dunia menulis, yakni ia telah lama berkecimpung dengan dunia fotografi, dan karya hasil poto telah berhasil masuk di Galery Photografer Indonesia - Jakarta. Capainya, di dunia fotografi berawal dari proses yang baik. Artinya, tidak menutup kemungkinan Aipda Burhan akan menjadi penulis handal jika di lakoni dengan tekun, gigih dan ulet. Seperti pencapaian Prof. Dr. Raden Panji Nugroho Notosusanto dan Charles Dickens.
Sebagai sesama pegiat literasi, sekaligus adik dari sesama Bima, tentu sangat bangga dan menyabut dengan baik kehadiran Aipda Burhan di dunia menulis. Semoga sae pace tetap konsisten dan komitmen tinggi untuk melakukannya. Tidak berhenti pada buku pertama. Tetapi terus melahirkan karya karya terbaru. Aamiin Yaa Robbalallamin.
"Penulis hebat bukan mereka yang terbiasa menggerakan tangan dan mengasah pikiran untuk menulis. Namun, mereka yang tidak terbiasa menulis tetapi mau menggerakan tangan dan mengasah pikiran untuk menulis."