Awal dari Kesuksesan Duniawi
Sang doktor adalah sosok yang sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Ia bahkan menulis sebuah buku tentang kiat menyekolahkan anak ke luar negeri, berdasarkan pengalaman pribadinya dalam mendidik ketiga anaknya hingga sukses berkarier di luar negeri. Banyak orang tua yang terinspirasi oleh kisahnya dan mengikuti jejaknya demi memastikan masa depan anak-anak mereka cerah.
Namun, perjalanan hidupnya berubah ketika istrinya sakit parah. Sang doktor menghubungi anak-anaknya, berharap mereka bisa kembali dan menemani ibunya di saat-saat terakhirnya. Namun, anak-anaknya—yang telah sukses di luar negeri—tidak dapat pulang dengan berbagai alasan. Sang anak pertama terlalu sibuk dengan pekerjaannya di Amerika Serikat. Anak kedua sedang menghadapi ujian penting, sementara anak ketiga baru saja diterima di sebuah perusahaan ternama dan merasa tidak bisa mengambil cuti.
Akhirnya, sang ibu meninggal dunia tanpa kehadiran satu pun dari anak-anaknya di sisinya. Bahkan, mereka tidak hadir di pemakaman ibunya. Kesedihan mendalam menyelimuti hati sang doktor. Ia merasa terpukul dan menyadari bahwa inilah konsekuensi dari pola pendidikan yang ia terapkan selama ini.
Sebuah Kesadaran Baru
Seiring waktu, sang doktor mulai mendalami agama dan mempelajari ajaran-ajaran Rasulullah ï·º. Dari sanalah ia memahami bahwa selama ini ia terlalu fokus pada kesuksesan duniawi anak-anaknya, tetapi lalai dalam memberikan bekal agama yang kuat. Ia menyadari bahwa pendidikan bukan hanya tentang akademik dan karier, tetapi juga tentang nilai-nilai kehidupan dan akhirat.
"Saya merasa telah menjerumuskan anak-anak saya sendiri dengan menyekolahkan mereka ke luar negeri tanpa membekali mereka dengan pemahaman agama yang cukup," katanya dengan penuh penyesalan.
Kesadaran ini mengubah jalan hidupnya. Ia memutuskan untuk menarik bukunya dari peredaran dan meminta maaf kepada orang-orang yang telah mengikuti jejaknya. Tidak hanya itu, ia berencana menjual aset-asetnya untuk membeli lahan dan membangun pesantren. Ia berharap kelak ada cucunya yang akan tinggal bersamanya dan menempuh pendidikan agama di pesantren tersebut.
Pelajaran Berharga bagi Para Orang Tua
Dari kisah ini, kita semua dapat mengambil hikmah penting, khususnya bagi para orang tua. Kesuksesan duniawi bukanlah satu-satunya tujuan dalam mendidik anak. Memiliki anak yang berprestasi dan sukses dalam karier memang membanggakan, tetapi lebih dari itu, memiliki anak yang shalih, berakhlak baik, dan memahami agamanya adalah investasi terbaik bagi orang tua, baik di dunia maupun di akhirat.
Rasulullah ï·º bersabda:
"Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim)
Jangan sampai kita terlalu sibuk mengejar kesuksesan dunia bagi anak-anak kita, tetapi melupakan bekal agama mereka. Karena pada akhirnya, kebahagiaan sejati bukanlah sekadar keberhasilan materi, tetapi juga kedekatan dengan Allah dan keberkahan hidup yang dirasakan di dunia dan akhirat.
Semoga kisah ini menjadi renungan bagi kita semua dalam mendidik dan membimbing anak-anak kita menuju kehidupan yang seimbang antara dunia dan akhirat.