— Yusron Aminulloh, Wartawan Senior
Di tengah arus perubahan zaman yang kian cepat, nama KH. Muhammad As’ad Umar tetap memancarkan cahaya pemikiran dan keteladanan. Ia bukan hanya seorang pendiri, tetapi seorang pembaharu. Buku setebal 107 halaman berjudul “Pemikiran KH. Muh. As’ad Umar: Pendidikan Pondok Pesantren di Era Modern” karya Rohmadi, menjadi bukti nyata betapa kiprah dan warisan intelektual Kiai As’ad layak dikenang dan diteladani lintas generasi.
Acara bedah buku yang digelar di Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum (Unipdu) Jombang ini tak hanya menjadi ruang apresiasi terhadap sosok Kiai As’ad, tapi juga menjadi momentum menggali ulang nilai-nilai keislaman, pendidikan, dan kepemimpinan yang beliau wariskan.
Pendidikan yang Melampaui Zaman
Salah satu tonggak penting dalam perjalanan KH. As’ad Umar adalah pendirian SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT Jombang pada tahun 1990. Langkah ini diambil jauh sebelum kata "reformasi pendidikan" menjadi perbincangan nasional. Ini menunjukkan bahwa beliau memiliki pandangan jauh ke depan, membaca tantangan zaman, dan menjawabnya dengan solusi konkret dalam bentuk lembaga pendidikan unggulan.
Tak berhenti di sana, Kiai As’ad juga mendirikan Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum (Unipdu) Jombang, sebuah lembaga pendidikan tinggi yang mencoba mengintegrasikan nilai-nilai pesantren dengan semangat akademik dan keilmuan modern.
Kiai yang Terbuka dan Inklusif
Salah satu sisi menarik yang digarisbawahi oleh Yusron Aminulloh dalam acara bedah buku adalah inklusivitas dalam kepemimpinan Kiai As’ad. Beliau dikenal mudah bergaul, terbuka kepada siapa pun tanpa memandang agama, budaya, atau ras. Dalam banyak kesempatan, beliau bahkan tidak segan untuk berguru kepada tokoh non-Muslim terkait pengelolaan pendidikan dan manajemen lembaga.
Sikap ini menunjukkan betapa besar komitmen Kiai As’ad terhadap kemajuan dan pembelajaran. Bagi beliau, ilmu dan kebijaksanaan tidak hanya milik satu kelompok, tapi milik semua yang tulus ingin belajar dan berkembang.
Menembus Batas Kenyamanan
Yusron juga memberikan apresiasi tinggi kepada Rohmadi, sang penulis, yang berani menembus batas kenyamanan jurnalisme dengan memasuki ranah akademik. Buku ini bukan sekadar laporan biografi, tapi juga refleksi mendalam tentang pemikiran, strategi, dan nilai-nilai pendidikan pesantren dalam konteks kekinian.
Mari Membaca, Mari Bercerita
Acara bedah buku ini bukan hanya milik akademisi, santri, atau alumni pesantren. Ini adalah ajakan untuk semua kalangan: pelajar, guru, orang tua, hingga masyarakat umum. Kita diajak membaca, memahami, lalu berbagi cerita tentang tokoh besar yang pemikirannya masih relevan hingga hari ini.